Home » » Mountaineering

Mountaineering

Mountaineering - Nirwana Pala - Semeru
Mountaineering menurut asal kata "mountain" yang berarti Gunung. Pengertian tentang mountaineering sendiri banyak sekali penjabarannya namun pada intinya adalah suatu kegiatan mendaki gunung yang di lakukan dengan teknik - teknik tertentu.

Secara umum Mountaineering di bagi menjadi beberapa tahap yaitu Hill Walking / Hiking, Scrambling dan Climbing. Dari tahapan tersebut masing - masing di butuhkan skill dan kemampuan khusus yang harus di kuasai oleh para pendaki. Mountaineering dapat di kategotikan ke dalam jenis olah raga ekstrem karena resiko yang di hadapi sangat besar. Sehingga untuk terjun dan menekuni olah raga mendaki gunung ( mountaineering ) di butuhkan persiapan matang baik secara skill maupun kemampuan fisik.

Banyak orang beranggapan bahwa mountaineering hanyalah suatu permainan santai yang hanya mengandalkan fisik dan pengetahuan alakadarnya. Akibatnya banyak musibah terjadi pada para pendaki gunung amatir yang hanya bermodal keberanian dan fisik tanpa di ikuti oleh kemampuan dalam hal mountaineering itu sendiri.

Sebelum menginjak kepada hal - hal teknis ada baiknya jika kita pahami terlebih dahulu tentang tahapan dalam olah raga Mountaineering. Selengkapnya adalah sebagai berikut:

  1. Hill Walking / Hiking, Istilah kata Hill Walking mungkin kurang familiar di kalangan umum. Khalayak umum lebih mengenal Hiking dari pada Hill Walking. Hiking adalah suatu kegiatan mendaki daerah perbukitan dengan kontur kemiringan di bawah 45 derajad. Dengan kata lain hiking adalah proses mendaki daerah perbukitan yang landai. Pada tahap Hiking ini seorang pendaki tidak begitu membutuhkan perlengkapan khusus namun tetap di butuhkan kemampuan untuk membaca medan. Perlu di ingat meskipun hiking adalah pendakian medan landai namun resiko yang di hadapi seorang pendaki tetap ada. Kemungkinan bahaya yang di hadapi pada saat hiking adalah terkilir,kram dan kelelahan.
  2. Scrambling, Scrambling adalah tahapan ke dua dalam mountaineering. Dalam pelaksanaanya scrambling merupakan kegiatan mendaki daerah yang memiliki kontur kemiringan di atas 45 derajad. Pada level ini seorang pendaki di tuntut untuk menguasai beberapa teknik pendakian dan pengetahuan perlengkapan guna mendukung kelancaran dan keamanan selama kegiatan berlangsung. Peralatan yang mungkin di gunakan pada level scrambling adalah tali. Kemampuan menguasai materi simpul tali - temali juga di butuhkan mengingat medan yang di tempuh dapat berbeda - beda. Resiko yang akan di hadapi pendaki tahap ini juga semakin besar, selain resiko pada tahap hiking bisa jadi resiko terperosok dan patah tulang menjadi bahaya besar. Untuk itu para pendaki scrambling harus menguasai teknik keamanan, kelancaran dan pertolongan pertama pada kecelakaan serta obat - obatan.
  3. Climbing, Climbing adalah kegiatan pendakian medan yang memiliki kemiringan di atas kurang lebih 70 derajad. Inilah kegiatan mountaineering yang paling ekstrem di mana pendaki benar - benar di tuntut untuk menguasai teknik pemanjatan, kemampuan fisik dan penguasaan perlengkapan yang di butuhkan. Dalam climbing skill individu adalah yang terdepan di samping kelengkapan alat yang di perlukan. Resiko yang akan di tanggung pendaki adalah jatuh, patah tulang yang terparah adalah meninggal.
Dari beberapa tahapan di atas dan mengingat resiko yang di hadapi maka tak heran jika mountaineering adalah kegiatan terekstrem selain balap mobil. Mountaineering bukan lah kegiatan untuk hura - hura semata tetapi mountaineering adalah suatu kegiatan yang jika di dalami banyak sekali manfaat yang akan di dapatkan oleh para pendaki. Seperti yang telah di singgung di atas, mountaineering adalah kegiatan berbahaya yang benar - benar membutuhkan kemampuan penguasaan medan. Yang di maksud dengan penguasaan medan di sini termasuk kemampuan skill individu dan tim, persiapan dan pelaksanaan.

Seorang pendaki juga di tuntut untuk menguasai materi survival, navigasi dan P3K. Ini adalah materi dasar yang mau tidak mau harus di kuasai oleh pendaki secara individu. Disamping itu masih ada hal yang perlu di persiapkan yaitu mental dan faktor X. Seorang pendaki yang menyatakan diri terjun dalam suatu kegiatan pendakian maka dia harus siap menghadapi segala resiko baik itu resiko yang terbaca maupun resiko yang tak terbaca atau faktor X. Biasanya seorang pendaki amatir kurang memikirkan adanya faktor X sehingga ketika benar - benar berada di alam bebas sering mengambil keputusan yang justeru membahayakn. Di sini lah mental dan kemampuan menghadapi resiko berperan.

Sekali lagi Mountaineering bukan olah raga sembarangan. Ingat yang anda hadapi adalah alam liar, alam bukan untuk di tundukkan tetapi alam ada, untuk di mengerti.

Remember that!

0 komentar:

Posting Komentar